Selasa, 25 September 2012
Rabu, 12 September 2012
Tugas Analisis 1 Kelompok
Kelompok 4 :
Deepraj Kaur (10-051)
Venti Ayu Wibawa (10-070)
Riana Octhaviany (10-079)
Berdasarkan analisis kasus yang telah di peroleh dari masing-masing anggota kelompok maka kami menyimpulkan bahwa :
Sebenarnya setiap anak itu unik dimana mereka dapat memahami atau dapat dibentuk perilakunya dengan menggunakan metode yang berbeda untuk setiap anak. Misalnya ada anak yang harus diberi punishment dan reward terlebih dahulu untuk dapat memahami materi yang diajarkan oleh gurunya, ada juga anak yang harus diberikan reward berupa pujian dan senyuman saja untuk memacu motivasi mereka dalam memahami pelajaran serta ada anak yang dapat diajarkan dengan metode hukuman dan ada juga yang semakin merosot turun kemampuan akademisnya ketika diberi hukuman. Metode yang dikemukakan oleh Skinner cukup sesuai untuk diterapkan pada metode pengajaran sehari-hari karena memiliki berbagai cara untuk menguatkan perilaku positif dan menghilangkan perilaku negatif. Namun, kelompok kami lebih menyoroti metode pemberian hukuman yang dikemukan oleh Skinner dimana pada teorinya Skinner menyatakan bahwa pemberian hukuman dapat mengurangi perilaku negatif/ yang tidak diinginkan namun pada prakteknya sering sekali guru memberikan hukuman yang berlebihan kepada muridnya yang menyebabkan murid justru menjadi pasif dan merasa tidak aman jika mereka berada disekolah.
Deepraj Kaur (10-051)
Venti Ayu Wibawa (10-070)
Riana Octhaviany (10-079)
Berdasarkan analisis kasus yang telah di peroleh dari masing-masing anggota kelompok maka kami menyimpulkan bahwa :
Sebenarnya setiap anak itu unik dimana mereka dapat memahami atau dapat dibentuk perilakunya dengan menggunakan metode yang berbeda untuk setiap anak. Misalnya ada anak yang harus diberi punishment dan reward terlebih dahulu untuk dapat memahami materi yang diajarkan oleh gurunya, ada juga anak yang harus diberikan reward berupa pujian dan senyuman saja untuk memacu motivasi mereka dalam memahami pelajaran serta ada anak yang dapat diajarkan dengan metode hukuman dan ada juga yang semakin merosot turun kemampuan akademisnya ketika diberi hukuman. Metode yang dikemukakan oleh Skinner cukup sesuai untuk diterapkan pada metode pengajaran sehari-hari karena memiliki berbagai cara untuk menguatkan perilaku positif dan menghilangkan perilaku negatif. Namun, kelompok kami lebih menyoroti metode pemberian hukuman yang dikemukan oleh Skinner dimana pada teorinya Skinner menyatakan bahwa pemberian hukuman dapat mengurangi perilaku negatif/ yang tidak diinginkan namun pada prakteknya sering sekali guru memberikan hukuman yang berlebihan kepada muridnya yang menyebabkan murid justru menjadi pasif dan merasa tidak aman jika mereka berada disekolah.
Tugas Analisis 1 Individu
Pengalaman :
Pada saat saya duduk di kelas 2 SD saya sangat malas untuk datang ke sekolah karena menurut saya guru saya sangat kejam dimana mereka menghukum murid yang tidak membawa buku, terlambat, ataupun tidak dapat menjawab pertanyaan dengan benar akan dipukul tangannya dengan rotan atau penggaris. Terkadang guru saya juga membentak murid-muridnya jika keadaan kelas tidak kondusif (ribut). Karena rasa takut saya yang berlebiahan akan sekolah saya sehingga saya merasa sekolah itu seperti neraka dan saya tidak dapat berkonsentrasi ketika belajar sehingga nilai akademis saya juga kurang baik ketika saya berada di kelas 2 SD.
Pembahasan :
Menurut teori Skinner yang saya pelajari saya merasa guru saya pada waktu itu salah dalam menggunakan metode pengajaran. Jika guru tersebut ingin mengguatkan perilaku positif muridnya maka sebaiknya ia memberikan pujian dengan senyuman ketika muridnya tidak ribut atau dapat mematuhi peraturan dengan baik. Jika guru tersebut ingin menghilangkan perilaku negatif muridnya maka ia dapat memberikan hukuman yang sesuai misalnya menghukum murid untuk menulis "saya tidak akan terlambat lagi" sebanyak satu halaman karena ika guru mendidik dengan kekerasan atau hukuman fisik maka mereka hanya akan membuat siswa merasa takut dan cemas sehingga prestasi akademik murid akan turun dan tidak dapat menggeluarkan opini mereka ( pasif) karena takut salah.
Pada saat saya duduk di kelas 2 SD saya sangat malas untuk datang ke sekolah karena menurut saya guru saya sangat kejam dimana mereka menghukum murid yang tidak membawa buku, terlambat, ataupun tidak dapat menjawab pertanyaan dengan benar akan dipukul tangannya dengan rotan atau penggaris. Terkadang guru saya juga membentak murid-muridnya jika keadaan kelas tidak kondusif (ribut). Karena rasa takut saya yang berlebiahan akan sekolah saya sehingga saya merasa sekolah itu seperti neraka dan saya tidak dapat berkonsentrasi ketika belajar sehingga nilai akademis saya juga kurang baik ketika saya berada di kelas 2 SD.
Pembahasan :
Menurut teori Skinner yang saya pelajari saya merasa guru saya pada waktu itu salah dalam menggunakan metode pengajaran. Jika guru tersebut ingin mengguatkan perilaku positif muridnya maka sebaiknya ia memberikan pujian dengan senyuman ketika muridnya tidak ribut atau dapat mematuhi peraturan dengan baik. Jika guru tersebut ingin menghilangkan perilaku negatif muridnya maka ia dapat memberikan hukuman yang sesuai misalnya menghukum murid untuk menulis "saya tidak akan terlambat lagi" sebanyak satu halaman karena ika guru mendidik dengan kekerasan atau hukuman fisik maka mereka hanya akan membuat siswa merasa takut dan cemas sehingga prestasi akademik murid akan turun dan tidak dapat menggeluarkan opini mereka ( pasif) karena takut salah.
Selasa, 11 September 2012
Teori Proses Belajar Skinner
Kelompok :
Deepraj Kaur (10-051)
Venti Ayu Wibawa (10-070)
Riana Octhaviany (10-079)
Deepraj Kaur (10-051)
Venti Ayu Wibawa (10-070)
Riana Octhaviany (10-079)
ANALISIS EKSPERIMENTAL PADA PERILAKU
Skinner menyebut refleksi seseorang sebagai elicited response
(respon yang dimunculkan) karena respon ini otomatis dipicu oleh
stimulus tertentu, contohnya kaki yang diketuk palu akan memberikan
reflek menendang.
Skinner juga menamakan perilaku sebagai emitted response
(respon yang dikeluarkan), namun periset harus memanipulasi kejadian -
kejadian yang dapat diamati dalam latar yang dikontrol, contohnya
mengendarai mobil, bersenandung sambil menyanyi.
Riset yang ditemukan Skinner mengindikasikan bahwa outcome yang dihasilkan oleh suatu respon adalah peristiwa yang mengubah perilaku. Perilaku
yang dilakukan secara umum merupakan perilaku yang terjadi setelah adanya
penguatan.
Ada 4 faktor dalam penguasaan pola perilaku:
1) Faktor Pembentukan
2) Jadwal Penguatan
Penguatan itu sendiri harus diberikan dengan jadwal yang sesuai
dengan perilaku apa yang ingin ditimbulkan. Jadwal penguatan terdiri atas
penguatan rasio, penguatan variabel, dan yang efektif penguatan variabel-rasio.
- Penguatan rasio --> penguatan yang dilakukan dengan cara memberikan reward setiap rasio tertentu misalnya setiap 5 menit sekali dsb.
- Penguatan variabel --> penguatan rasio ataupun interval dimana respon menlambat pada awalnya kemudian disusul dengan rata” yang meningkat.
- Penguatan Variabel-rasio --> penguatan yang pada awalnya sering diberikan dan kemudian dikurangi pemberiannya.
3) Konsep Kegunaan Negatif
4) Perilaku yang diatur peraturan
Skinner mengidentifikasikan 3 komponen belajar sebagai :
- Stimulus diskriminatif
- Respons (R)
- Stimulus penguat
Dalam penguatan yang kita
lakukan tidak selamanya berfungsi dalam hal yang positif sebagian juga dapat
berdampak negatif misalnya jadwal penguatan variabel rasio yang digunakan untuk
burung merpati agar dapat mematuk cawan jika burung tersebut terus menerus
mematuk cawan sampai memaksakan diri maka paruhnya akan bengkak hal ini lah
yang disebut dengan konsep kegunaan negatif. Konsep kegunaan negatif merupakan
efek negatif / efek yang tidak diharapkan dari proses penguatan yang dilakukan.
Selain penguatan salah satu cara kita untuk mengatur atau membetuk perilaku
adalah dengan menggunakan peraturan. Perilaku yang diatur peraturan
(Rule-Govern) secara kita sadari atau tidak sudah memberntuk perilaku kita
misalnya kita selalu hadir tepat waktu pada perkuliahan karena peraturannya
tidak memperbolehkan untuk terlambat.
PRINSIP
PEMBELAJARAN
Skinner
tertarik dengan pendidikan ketika putrinya sekolah dan ia mulai menggunakan dan
mengembangkan teknik penguatan di ruang kelas dengan menggunakan instruksi serta langkah demi langkat dan alat mekanik
yang disebut mesin pengajaran. Pendidikan di sekolah pada umumnya kurang
efektif karena hanya menggunakan guru sebagai mesin pengajar dan anak murid
bertindak pasif serta jumlah siswa yang melebihi kapasitas dalam satu ruang
membuat motivasi siswa menjadi rendah. Oleh karena itu ada beberapa perubahan
yang diimplementasikan dengan cara mempersiapkan tahapan belajar yang lebih
mirip dengan kehiduapan sehari-hari yang juga problematis. Ketika terjadi
permasalahan dikelas guru dapat menggunakan stimuli diskriminatif baik itu
stilmuli verbal maupun nonverbal yang dapat mengarahkan perhatian siswa menjadi
fokus kembali. Selain itu aspek penting
dari pembelajaran yang sukses adalah guru dapat mentransfer kontrol stimulus
yang memberi petunjuk pada diri pelajar.
Yang terpenting dari pembelajaran adalah pemberian penguat alamiah yang
tepat. Selain itu pembentukan perilaku dikelas harus diawali dengan spesifikasi
yang jelas tentang perilaku yang akan dipelajari, ketrampilan awal
diidentifikasi serta pemberian program yang bertahap dan hati-hati. Dalam
proses belajar mengajar juga dikenal dengan istilah mesin pengajaran yang
dikembangkan oleh skinner dimana yang menjadi favorit adalah komputer yang
dianggap dapat memberikan penguatan kepada siswa dengan catatan grafis dan
animasi harus dikurangi agar tidak mengganggu perhatian siswa saat belajar.
APLIKASI DALAM PENDIDIKAN
Banyak program manajemen behavioral yang muncul pada
1950-an adalah kombinasi dari pengkondisian berpenguat dengan metode lain.
Misalnya, time-out yang merupakan periode mengasingkan individu untuk sementara
dari latar yang memberikan penguatan. Teknik ini menggunakan penghilangan
penguat, mereka adalah sebentuk hukuman dan menimbulkan efek samping emosi
negatif. DISTAR atau yang kini disebut SRA reading mastery merupakan suatu
program yang sangat terstruktur dimana anak diajari sesuai dengan level
keterampilan mereka.
Karakteristik Pemelajar
Ini merupakan suatu perilaku tertentu yang dibawa
siswa ke situasi belajar, dan karakteristik itu mungkin mempengaruhi perolehan
perilaku baru, diantaranya :
1.
Perbedaan
individual. Dapat berasal dari bakat genetik organisme dan sejarah penguatan
tertentu.
2.
Kesiapan belajar
3.
Motivasi
PROSES KOGNITIF DAN PENGAJARAN
Fokus dari pengajarannya ialah :
1. Transfer
belajar. Menurut perspektif skinner, ketika latihan disuatu area keterampilan
meningkatkan performa di area lain, elemen yang sama akan diperkuat “setiap
kali elemen itu muncul”.
2. Keterampilan
“cara belajar”. Perilaku tertentu yang biasanya diidentifikasi dengan pemikiran
harus dianalisis dan diajarkan. Perilaku itu adalah perilaku manajemen diri
intelektual (precurrent). Perilaku itu juga bersifat tertutup (covert). Respon
precurrent lainnya adalah memperhatikan stimuli, menggarisbawahi ide-ide
penting dalam materi teks, dan menata ulang elemen-elemen di dalam suatu
situasi masalah sehingga solusinya bisa lebih mungkin diperoleh.
3. Mengajarkan
pemecahan masalah. Untuk memaksimalkan kemungkinan solusi, individu harus
mengubah situasi sehingga dia dapat merespon dengan cepat.
Langkah-langkahnya
antara lain :
a. mereview masalah secara hati-hati dengan mengklarifikasi
kesulitan ;
b. menata ulang komponen-komponen masalah ; dan
c. mencari
kemiripan antara masalah dengan masalah lain yang telah dipecahkan.
Mengembangkan Strategi Kelas
Mengembangkan strategi kelas dapat menggunakan
teknologi Skinner dengan 3 cara :
a.
Menggunakan
stimuli diskriminatif dan penguatan dalam interaksi di kelas secara tepat.
b.
Mengimplementasikan
langkah-langkah pembentukan di dalam
pengajaran.
c.
Menyusun materi pengajaran
yang diindividualisasikan.
Kamis, 21 Juni 2012
Evaluasi Kinerja MK.Paedagogi
menurut saya mata kuliah paedagogi itu sebenarnya menyenangkan karena pada saat melakukan praktek juga kita berinteraksi dengan anak-anak dan inilah yang membuat mata kuliah ini menurut saya lebih terasa relaks dari mata kuliah lainnya. kritikan untuk mata kuliah ini saya rasa mungkin alangkah lebih baiknya pada saat penyampaian materi dosen pengampu dapat memberikan referensi atau contoh-contoh proses paedagogi melalui vidio dan sebagainya agar pada penyampaiannya kami sebagai mahasiswa menjadi lebih paham praktek langsung di lapangan itu seperti apa. Selain kritikan saya juga memberikan apresiasi pada dosen pengampu karena sejauh ini saya rasa dosen pengampu dapat membimbing kami dengan baik sebagai mahasiswa dalam menggunakan media online dalam menyelesaikan tugas maupun melaksanakan ujian.
Senin, 18 Juni 2012
Selasa, 15 Mei 2012
Review Micro Teaching
Ketua : Reza Yoga Pratam (10-027)
Anggota : Raja Maspin (10-062)
Yulian Astri (10-071)
Deepraj Kaur (10-051)
Melva Safira (10-036)
Karin Ambarita (10-037)
Anggota : Raja Maspin (10-062)
Yulian Astri (10-071)
Deepraj Kaur (10-051)
Melva Safira (10-036)
Karin Ambarita (10-037)
- Salah satu anggota kelompok kami, Muhammad Fadly, tidak hadir present dasi dan tidak turut aktif dalam pelaksanaan micro teaching karena dia memang sibuk dengan kegiatan organisasi di luar walaupun kami sudah mengkonfirm tugas kepadanya. Untuk masalah memposting tugas pelaksanaan micro teaching, memang kelompok tidak memberi kabar atau mengingatkan untuk memposting karena menurut kelompok bu Dina telah memberitahukan hal tersebut di facebook MK Paedagogi 2012 sehingga menurut kelompok seharusnya Fadly sebagai mahasiswa memiliki kesadaran diri untuk mengerjakan tugas.
- Ketidaksinkronan antara action plan dengan laporan pelaksanaannya adalah:
Ada beberapa hal yang tidak sinkron
antara Action Plan dengan proses Micro Teaching. Pertama adalah rencana
kegiatan. Dalam Action Plan urutan rencana kegiatan, sesudah perkenalan diri
adalah bernyayi bersama-sama, tapi dalam hasil akhir, bernyayi merupakan
kegiatan yang dilakkan mendekati penghujung acara.
Kedua, tanggal yang ada di action
Plan tidak kongruen dengan tanggal perencanaan. Misalnya tanggal Kegiatan Micro
Teaching tidak sesuai dengan action plan. Selain itu kelompok memposting hasil
laporan Micro Teaching dengan rentang waktu yang berbeda jauh dengan Action
Plan. Jadi, ketidak sesuain antara waktu yang direncanakan tidak sesuai dengan
laporan yang dibuat.
- Proses pelaksanaan kurang dijabarkan pada laporan kegiatan.
Berikut
penjabaran kegiatan yang dilaksanakan selama micro teaching.
a) Perkenalan
diri
Pada awalnya
kelompok memperkenalkan nama masing-masing dan memperkenalkan diri bahwa
kelompok berasal dari fakultas psikologi USU. Setelah memperkenalkan diri, lalu
karena kelompok memandang dalam satu kelas terdiri dari 18 orang dengan satu
fasilitator terlalu besar untuk proses micro teaching, kelompok langsung
memecahkan anggota dimana satu fasilitator memfasilitasi 5 anak. Setelah
kelompok memecahkan anggota, proses menggambar pun dimulai
b) Menggambar
Proses
menggambar dimulai dengan kelompok membagikan pensil warna dan kertas HVS A4
pada tiap anak. Pada tahap menggambar, kelompok merencanakan anak dibiarkan
secara kreatif untuk menggambar sesuai dengan kemauan dan imajinasi mereka.
Akan tetapi pada kenyataannya di lapangan, anak-anak tidak terbiasa untuk
berkreatif secara bebas. Mereka terbiasa diarahkan oleh guru untuk melakukan
sesuatu (teacher-centered). Mereka malah bingung ketika diberikan instruksi
untuk menggambar secara bebas. Sehingga pada akhirnya kelompok memutuskan untuk
mengarahkan anak menggambar ikan dengan memberikan contoh di papan tulis. Tugas
fasilitator disini adalah memperjelas bagian-bagian yang ada pada ikan. Banyak
anak-anak yang tidak mengerti apa komposisi dari gambar ikan (sisik, sirip,
ekor, mata, dll). Setelah proses menggambar, gambar tersebut dikumpulkan dan memberikan
pujian terhadap effort anak
(didokumentasikan dalam bentuk foto). Setelah tahap ini, dilanjutkan ke tahap
melipat origami.
c) Melipat
origami
Kelompok
membagikan kertas origami masing-masing anak sebanyak 2 lembar (satu untuk
melipat, satu untuk cadangan kalau salah melipat). Sama seperti tahap
menggambar, pada perencanaan melipat origami seharusnya anak melipat secara
kreatif sesuai dengan keinginan mereka. Namun lagi-lagi anak harus diarahkan
untuk melipat bentuk apa sehingga kelompok memutuskan untuk melipat origami berbentuk
baju. Setelah proses ini selesai, hasil melipat origami tidak dikumpul oleh
fasilitator agar menjadi kenag-kenangan bagi anak. Setelah tahap ini langsung
masuk ke tahap kuis perbendaharaan kata bahasa inggris.
d) Kuis perbendaharaan bahasa inggris
Kelompok
merefreshing anak-anak yang telah lelah mengikuti kegiatan dengan memberikan
kuis perbedaharaan kata. Contohnya: Adik adikkkk.... siapa yang tau bahasa
indonesianya orangeeeeee?? Ketika ada anak yang berhasil menjawab pertanyaan,
kelompok memberikan reward berupa makanan ringan chocolatos. Tetapi karena
hampir semua anak mampu menjawab, kelompok akhirnya membagi reward sama rata
kepada setiap anak. Setelah pembagian reward dilanjutkan pada tahap bernyanyi.
e) Bernyanyi
Tahap
bernyanyi merupakan proses closing dari micro teaching kelompok. Kelompok
memberikan tantangan pada anak dengan bertanya “siapa yang berani bernyanyi di
depaaaann?”. Ternyata ada seorang anak
yang berani untuk memimpin nyanyian di depan kelas. Setelah bernyanyi sebanyak
dua lagu kelompok pamit diri pada anak lalu melakukan sesi foto bersama.
- Tujuan dan manfaat
Tujuan dan manfaat micro teaching
yang dibuat kelompok sebenarnya adalah tujuan dan pedagogi. Jadi kelompok
melakukan kesalahan dengan menyamakan tujuan Pedagogi dengan tujuan micro
teaching. Sehingga, kesimpulan tersebut terlalu umum, dan menjadi kurang tepat
dengan tujuan pada sekolah TK tersebut. Jadi pada akhirnya, tidak sesuai antara
hasil yang di peroleh dalam proses micro teaching dengan tujuan penelitian yang
sebelumnya direncanakan oleh kelompok. Tujuan dan Manfaat tersebut akan
terkesan janggal bagi orang yang membaca dan melihat nya, karena terkesan tidak
sesuai dengan keadaan di TK tersebut.
Langganan:
Postingan (Atom)