Senin, 25 April 2011

Hal-hal apa saja yang dianggap mengganggu proses mengajar belajar dan dianggap pelanggaran disiplin?

Menurut Kooi dan Schutx hal-hal yang dianggap pelanggaran disiplin dapat digolongkan dalam lima kategori umum.
1. Agresi fisik (pemukulan, perkelahian, perusakan, dan sebagainya)
2. Kesibukan berteman (berbincang-bincang, berbisik-bisik, berkunjung ke tempat duduk teman tanpa izin).
3. Mencari perhatian (mengedarkan tulisan-tulisan, gambar-gambar, dengan maksud mengalihkan perhatian dari pelajaran).
4. Menantang wibawa guru (tidak mau menurut, memberontak, memprotes dengan kasar, dan sebagainya), dan mencari perselisihan (mengkritik, menertawakan, mencemoohkan).
5. Merokok di sekolah, datang terlambat, membolos dan "kabur", mencuri dan menipu, tidak berpakaian sesuai dengan ketentuan, mengompas (memeras teman sekolah), serta menggunakan obat-obatan terlarang maupun minuman keras di sekolah.

Sumber:
Sukadji,S.200.Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah.Depok:Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP 3) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
1. Psikologi pendidikan
Psikologi pendidikan adalah perkembangan dari psikologi perkembangan dan psikologi sosial, sehingga hampir sebagian besar teori-teori dalam psikologi perkembangan dan psikologi sosial digunakan di psikologi pendidikan. Psikologi pendidikan mempelajari bagaimana manusia belajar dalam setting pendidikan, keefektifan sebuah pengajaran, cara mengajar, dan pengelolaan organisasi sekolah.

2. Psikologi sekolah
Psikologi sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi. 


Peran Psikologi Pendidikan Dalam Proses Belajar-Mengajar
Dalam bukunya, Drs. Alex Subor, M,si.[2] mendefinisikan bahwa Psikologi Pendidikan adalah subdisiplin psikologi yang mempelajari tingkah laku individu dalam situasi pendidikan, yang meliputi pula pengertian tentang proses belajar dan mengajar.
Secara garis besar, umumnya batasan pokok bahasan psikologi pendidikan dibatasi atas tiga macam[3]:
  1. Mengenai belajar, yang meliputi teori-teori, prinsip-prinsip dan ciri khas perilaku belajar peserta didik dan sebagainya.
  2. Mengenai proses belajar, yakni tahapan perbuatan dan peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar peserta didik dan sebagianya.
  3. Mengenai situasi belajar, yakni suasana dan keadaan lingkungan baik bersifat fisik maupun non fisik yang berhubungan dengan kegiatan belajar peserta didik.
Sementara menurut Samuel Smith, setidaknya ada 16 topik yang perlu dibahas dalam psikologi pendidikan, yaitu :
  1. Pengetahuan tentang psikologi pendidikan (The science of educational psychology)
  2. Hereditas atau karakteristik pembawaan sejak lahir (heredity)
  3. Lingkungan yang bersifat fisik (physical structure).
  4. Perkembangan siswa (growth).
  5. Proses-proses tingkah laku (behavior proses).
  6. Hakikat dan ruang lingkup belajar (nature and scope of learning).
  7. Faktor-faktor yang memperngaruhi belajar (factors that condition learning)
  8. Hukum-hukum dan teori-teori belajar (laws and theories of learning).
  9. Pengukuran, yakni prinsip-prinsip  dasar dan batasan-batasan pengukuran/ evaluasi. (measurement: basic principles and definitions).
10. Tranfer belajar, meliputi mata pelajaran (transfer of learning subject matters)
11. Sudut-sudut pandang praktis mengenai pengukuran (practical aspects of measurement).
12. Ilmu statistic dasar (element of statistics).
13. Kesehatan rohani (mental hygiene).
14. Pendidikan membentuk watak (character education).
15. Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah menengah. (Psychology of secondary school subjects).
16. Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah dasar (psychology of elementary school).
Dalam proses belajar-mengajar dapat dikatakan bahwa ini inti permasalahan psikiologis terletak pada anak didik. Bukan berarti mengabaikan persoalan psikologi seorang pendidik, namun dalam hal seseorang telah menjadi seorang pendidik maka ia telah melalui proses pendidikan dan kematangan psikologis sebagai suatu kebutuhan dalam mengajar. Penguasaan guru tentang psikologi pendidikan merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru, yakni kompetensi pedagogik. Muhibbin Syah (2003) mengatakan bahwa “diantara pengetahuan-pengetahuan yang perlu dikuasai guru dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar peserta didik”
Guru dalam menjalankan perannya sebagai pendidik bagi peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya, terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya, sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.
Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan – pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat :
1. Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat.
Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan individu.
2. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.
Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya.
3. Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling.
Tugas dan peran guru, di samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing para siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban.
4. Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.
Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator belajar siswanya.
5. Menciptakan iklim belajar yang kondusif.
Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan.
6. Berinteraksi secara tepat dengan siswanya.
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya.
7. Menilai hasil pembelajaran yang adil.
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian.

http://hutabalian72.wordpress.com/2010/02/02/peranan-psikologi-pendidikan-dalam-proses-belajar-mengajar/

Senin, 18 April 2011

Apa sih pengertian bimbingan dan apa tujuannya??

Bimbingan dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain dalam membuat keputusan yang bijaksana dan dalam penyesuaian diri, serta dalam memecahkan kehiduapan mereka. Bimbingan bertujuan agar penerima bantuan dapat berkembang mandiri dan mampu bertanggung jawab bagi dirinya sendiri. Jadi, tujuan dasar bimbingan adalah mengembangkan potensi individu untuk mampu memecahkan masalah-masalahnya dan membuat penyesuaian diri terhadap kehidupannya, sejauh batas kemampuannya.

Selasa, 05 April 2011

komentar tentang fenomena pendidikan

deepraj kaur 10-051
anggun rss 10-075
riana octhaviany 10-079

fenomena-fenomena pendidikan di Indonesia :
  • homeschooling
  • biaya pndidikan yang mahal
  • fenomena RSBI (Rintisan Sekolah Berthap Internasional)
homeschooling merupakan metode belajr mengajar yang dilakukan secara menyeluruh di rumah murid tsb. murid tsb tidak melakukan aktivitas belajar disekolah. homeschooling dilakukan dg mendatangkan guru kerumah utk mengajar murid nya. homeschooling menjadi suatu trend mettode belajar mengajar saat ini apalagi dilingkungan anak-anak yang mulai terlibatdalm pekerjaan spt artis, dsb.

menurut kami pelaksanaan homeschooling itu cukup efektif karena murid tsb bisa lebih terfokus dan nyaman dalam belajarnya karena dia berada dirumah sendiri. tetapi, homeschooling juga dapat berakibat buruk terhadap kemampuan murid untuk bersosialisasi. murid akan kurang mampu bersosialisasi dengan orang lain terutama teman sebaya dan akan lebih menyukai bekerja sendiri dan melakukan segala sesuatunya dengan sendiri.

kalau ditinjau dari teori pendidikan baik pendidikan keluarga maupun bimbingan belajar, sebenarnya pendidikan yang mahal di Indonesia tidak menjadi penghalang bagi seseorang utnuk memperoleh pendidikan , khususnya pendidikan yang didapat dari lingkungan sekolah. Namun, pendidikan dasar berasal dari keluarga, ari cara keluarga meneraapkan makna pendidikan pda anak-anaknya dapat memotivasi kegigihan seorang anak untuk memperoleh pendidikan mereka walaupun banyak halangan spt masalahh biaya. pendidikan bukan hanya kita peroleh secara formal namun ada juga bimbingan belajr diluar sekolah. dan saat ni pemerintah telah membuat kebjakan yaitu melaksanakan pendidikan gratis bagi anak-anak yang kurang mampu khusunya. menurut kami biaya mahal bukanlah menjadi penghalang bagi seseorang asalkan motivasi instrinsiknya akan pendidikan kuat dan pasti ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan pendidikn.


RSBI menjadi suatu trend dikalangan sekolah-sekolah saat ini. banyk sekolah berebut untuk mendapatkan lebel sebagai sekolah yang bertaraf internasionl. padahal sebenarnya, banyak diantr mereka yang tidaak begitu memahami bagaimana sekolah bertaraf internasional itu. walaupun kualitas sekolahnya belum layak untuk mendapatkan label internasional., sekolah itu mngajukan untuk mendpat label internasional. selain itu, RSBI memberikan kesan unsur diskriminasi antara orangkaya dan yang tidak. orang kaya lebh mudah untuk membayar uang sekolah yang lumayan besar agar anak nya dpt mssuk ke kelas RSBI walaupun kemampuannya tidak ada. dan sering juga anak yang kurang mampu tapi berprestasi menjadi korban pengabaian. mereka dittolak untuk masuk di kelas RSBI karena telah diisi oleh anak orang kaya.