Rabu, 24 Oktober 2012

UTS (Teori Jean Piaget)

Kelompok 4:
Deepraj Kaur (10-051)
Venti Ayu Wibawa ( 10-070)
Riana Octhaviany (10-079)

Pengaplikasian teori dari tokoh Jean Piaget (Teori Perkembangan Kognitif) dalam kehidupan sehari-hari bisa dikatakan sering kita lakukan tanpa kita sadari. Dalam perkembangan kognitif Jean Piaget, ada 4 tahap:
  1. Tahap Sensori Motor (saat lahir - 1 tahun)
  2. Tahap Pra-Operasional (2-3 tahun - 7-8 tahun)
  3. Tahap Operasional Konkret (7-8 tahun - 12-14 tahun)
  4. Tahap Operasional Formal (di atas 14 tahun)
Dalam hal ini, kami (kelompok) mengaplikasikan teori Piaget dalam tahap operasional formal. Tahap Operasional Formal ciri utamanya adalah bahwa seseorang dapat menangani situasi multifaktor (berbeda dengan situasi dua-faktor saja). Pemikir Operasional formal mampu mengonseptualisasikan semua kombinasi faktor dalam situasi tertentu.
Kelompok kami mengaplikasikan teori Piaget ini kedalam hal 'blog'
Alasan mengapa kami mengatakan 'blog' sebagai aplikasi dari teori Piaget?
Hal ini dikarenakan di tahap operasional formal ini bahwa orang-orang pada tahap ini telah mampu berpikir abstrak dan menangani situasi multifaktor, mampu mengonseptualisasikan semua kombinasi faktor dalam situasi tertentu. 
Misalnya mengedit tata letak dari blog tersebut. Dalam mengedit tampilan blog kita, kita memperhatikan sisi keindahan, kerapian, keteraturan tata letaknya, juga memperhatikan sisi ergonomisnya. Hal ini jelas menyangkut dengan tahap operasional formalnya dalam hal membuat design tata letak saja kita perlu memperhatikan banyak hal, kita terlebih dahulu membayangkan bagaimana hal yang akan kita lakukan (berpikir abstrak), juga kita konseptualisasikan apa yang harus kita lakukan dengan mengkombinasikan hal-hal yang diperlukan dalam memperhatikan sisi-sisi yang kita inginkan. Misalnya untuk keindahan, kita tambahkan animasi-animasi, gambar-gambar, mengedit template, warna-warna yang indah dan cocok, juga tidak menyakitkan mata saat melihat blognya.

Dalam mengedit ada beberapa langkah-langkah di bawah ini:
Sebelum kita mengaplikasikan apa yang mau kita lakukan dalam mengedit, biasa kita telah memikirkan dalam pikiran kita secara abstrak apa yang akan kita lakukan sebelum melakukannya.








Rabu, 10 Oktober 2012

Psi. Belajar (Make some Products)



Pada perkuliahan hari ini saya diminta oleh dosen pengampu untuk membuat sesuatu yang kreatif dengan stimulus 1 lembar kertas HVS, 1 karton kecil, dan sebuah sertifikat dengan topik hemat listrik. Setelah membuat sesuatu yang kreatif kemudian saya diminta untuk menganalisanya dengan menggunakan teori Skinner. Pertama sekali saya mengisi sertifikat dengan nama saya sendiri, walaupun itu tidak termasuk hal yang kreatif namun hal ini dapat saya jelaskan berdasarkan teori skinner dimana stimulus sertifikat sudah terbiasa dengan adanya nama atau dapat dikatakan setiap sertifikat yang sah pastinya ada nama pemiliknya sehingga saya menuliskan nama saya pada sertifikat tersebut dengan spontan. Hal kedua yang saya lakukan adalah menggambar dan membuat slogan pada karton berukuran postercard hal ini saya lakukan karena saya sering melihat adanya postercard pada buku yang saya baca sehingga saya memiliki ide untuk menggunakan kertas karton tersebut menjadi postercard. Tahap ketiga saya menggambar pada kertas HVS, hal ini saya lakukan karena saya suka menggambar di kertas HVS ketika mood saya buruk dan setelah menggambar biasanya mood saya akan menjadi lebih baik sehingga saya memutuskan untuk menggambar di kertas HVS tersebut. Kaitannya lebbih lanjut dengan teori skinner yang populer dengan reinforcement baik yang positif maupun negatif serta adanya punishment untuk membentuk perilaku yang mempengaruhi tindakan adalah produk yang saya buat secara spontan merupakan efek reinforcement yang selama ini saya alami dimana setiap lulus saya mendapatkan sertifikat dengan nama saya sehingga saya menulis nama saya pada sertifikat, saya merasa tertarik dengan postercard sehingga saya menggubah kertas karton menjadi postercard dan yang terakhir mood saya akan meembaik setiap kali menggambar di kertas HVS.

Selasa, 09 Oktober 2012

Skinner merupakan salah satu tokoh pencetus teori Operant Conditioning. Operant Conditioning merupakan teori pembelajaran dimana individu akan dikenalkan dengan positive reinforcement, negative reinforcement dan punishment. Saya memiliki pengalaman pribadi yang familiar dengan metode operant conditioning. Salah satunya adalah pengalaman saya pada saat berusia 12 tahun dimana saya selalu menonton televisi dari jarak yang sangat dekat. Pertama sekali ibu saya mencoba menasehati saya namun cara itu tidak berhasil, kemudian ibu saya memberikan saya reward setiap kali saya menonton televisi dari jarak standar namun lama kelamaan habit saya kembali lagi. Karena saya keras kepala dan selalu menonton tv dari jarak dekat maka ibu saya akan mematikan televisi jika saya menonton dari jarak yang dekat, sehingga akhirnya jika saya mau menonton televisi maka saya harus berada di jarak standar.

Pembahasan :

  Berdasarkan teori Skinner ibu saya pertama sekali mencoba menggunakan positif reinforment namun karena saya tetap melanggar apa yang dikatakan ibu saya maka saya dikenakan negatif reinforment sehingga saya akhirnya menjadi terbiasa untuk menonton televisi dari jarak dekat.

Senin, 08 Oktober 2012

KINKY BOOTS


Nama Kelompok :

 
KINKY BOOTS
Sinopsis :
Film ini menceritakan tentang suatu pabrik sepatu pria yang hampir bangkrut yang  terjadi pada diri Charlie Price, setelah ayahnya meninggal dia baru menyadari bahwa pabriknya dalam keadaan yang hampir bangkrut. Charlie terpaksa memecat beberapa karyawannya, karena ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan lagi. Charlie hanya bisa mengatakan “ini semua salahku, apa yang harus aku lakukan?”, seolah-olah tidak ada usaha sedikitpun untuk melakukan perbaikan. Maka, ada salah seorang karyawannya yang melakukan protes padanya dan hal ini memicu Charlie untuk berpikir keras menyelamatkan pabrik warisan ayahnya “Price & Son”. Charlie akhirnya bertemu dengan seorang waria bernama Lola (Simon) dan mendapatkan ide untuk membuat sepatu khusus waria dan menjadikan Lola sebagai designernya. Hal ini dikarenakan ia melihat pangsa pasar para waria sangat terbuka lebar. Penerimaan Lola bekerja di pabriknya menimbulkan pro-kontra di dalam perusahaan itu sendiri dan akhirnya untuk mengenalkan produk sepatu khusus waria tersebut maka Charlie membawa semua hasil rancangannya ke Milan karena Milan adalah pusat mode dunia. Charlie bekerja keras agar produk yang dibuatnya terkenal di Milan, yang membuat ia dan karyawannya salah paham dan mereka pun akhirnya mengerti karena mereka mengetahui Charlie benar-benar ingin agar produk yang dipasarkannya sukses dan pabriknya tidak bangkrut. Kerja keras membuat hubungan ia dan tunangannya tidak harmonis dan putus karena tunangannya selingkuh. Ketka di Milan, Lola dan tim penarinya tidak hadir dan membuat semuanya berada di luar kendali. Sebagai pengganti Lola, Charlie maju sebagai model dan membuat hal konyol dan pada saat itu penolong yang diharpkannya menolong datang di saat yang tak terduga. Hal yang patut dicontoh ialah Charlie mampu berubah dari sikap yang acuh tak acuh pada pekerjaan yang diwariskan ayahnya berubah menjadi orang yang cekatan. Berubah dari pria yang diremehkan pegawainya menjadi atasan yang dihormati pegawainya dan tentang pendekatan Lola maupun Charlie memperlakukan pegawai  dan orang lain adalah hal yang patut dicontoh, karena tanpa ada pegawai, maka pabrik tidak bisa berjalan. Film ini memberi inspirasi bagi semua orang untuk tidak menyerah pada setiap keadaan meskipun keadaan itu sangat sulit.

Pembahasan :

Teori Gestalt
Fokus riset Gestalt adalah pengalaman persepsi. Ada 4 asumsi dasar dari perspektif Gestalt :
1.      Yang harus dipelajari adalah perilaku molar bukan perilaku molecular.
2.      Organisme merespon stimuli yang tersegregasi bukan stimuli spesifik.
3.      Lingkungan behavioral adalah realitas subjek.
4.      Organisasi lingkungan sensoris adalah interaksi dinamis dari kekuatan-kekutan di dalam struktur yang mempengaruhi persepsi individu.
Kaitan teori Gestalt dengan film Kinky Boots adalah Charlie sebagai peran utama di film ini bertemu dengan Lola yang dapat mengubah hidupnya. Pada saat ia bertemu Lola ia tidak serta merta menggangapt Lola seorang waria yang akan membuat masalah dalam hidupnya namun ia lebih melihat secara keseluruhan dimana ada peluang yang bisa ia ambil dari kebutuhan Lola yaitu sepatu wanita dengan ukuran pria (perilaku molar). Charlie tidak memandang Lola hanya sebagai waria namun ia melihat potensi Lola dan mau mempekerjakan Lola untuk membantu ia membangkitkan pabriknya kembali (stimuli tersegregasi). Kemudian Charlie berani memasarkan produknya ke Milan walaupun para pegawainya merasa curiga dan ia tetap tidak malu untuk berteman dengan Lola walaupun di pabrik banyak sekali persepsi karyawan yang pro dan kontra terhadap tindakan Charlie (persepsi individu).

Koneksionisme Edward Thorndike
Teori koneksionisme Thorndike berbeda dengan teori pengkondisian klasik dimana Thorndike tertarik dengan proses mental (mendesain eksperimen untuk meneliti proses pemikiran binatang) dan ia juga meneliti perilaku mandiri atau sukarela.
Hukum belajar berdasarkan asumsi tersebut Thorndike :
1.      Law of effect (keadaan yang memuaskan setelah respons akan memperkuat koneksi antara stimulus dan perilaku yang tepat dan sebaliknya).
2.      Law of exercise (repetisi dari pengalaman akan meningkatkan peluang respon yang benar).
3.      Law of readiness (kondisi yang mengatur keadaan disebut “memuaskan” atau “menjengkelkan”)
Kaitannya dengan Film “Kinky Boots” adalah Charlie sebagai pewaris toko sepatu pada mulanya merasa putus asa dan tidak tau apa-apa untuk menjalankan pabrik sepatu prianya namun ketika ia bertemu dengan Lola dan meliihat sepatunya maka ia mendapatkan ide untuk membuat sepatu itu karena ia melihat Lola kesakitan saat memakai sepatu wanita . Law of effect disini ditunjukkan pada saat Charlie merasa bahwa jika ia dapat mensupply sepatu untuk waria maka akan ada banyak waria yang akan merasa puas dan dapat menjadi konsumennya. Law of exercise ditunjukkan pada saat Charlie membuat sepatu waria pertamanya dan ternyata Lola merasa tidak puas sehingga ia meminta kepada Lola untuk mendesain sepatu yang baik dan Charlie juga berusaha berulang kali untuk menciptakan sepatu waria yang sempurna. Law of readiness terjadi pada saat Charlie memutuskan untuk memperkenalkan sepatu waria buatannya di Milan dimana ia tahu bahwa sepatu tersebut dapat menarik perhatian pasar disana dan ia juga menyadari banyak pegawainya yang mencurigai dia namun ia dapat mengatur keadaan tersebut dan sukses untuk memasarkan sepatunya.

Selasa, 02 Oktober 2012

TEORI-TEORI BELAJAR AWAL



Studi Watson tentang perilaku dengan tujuan menjelaskan hubungan antara stimuli dan respons menjadi perspektif dominan di tahun 1920-an hingga 1950-an.  Asumsi utama behaviorisme adalah bahwa perilaku yang dapat diamati adalah fokus studi, yang harus dipelajari adalah elemen paling sederhana dari perilaku, dan proses belajar adalah perubahan behavioral. Pendapat yang menentangnya yakni Psikologi Gestalt, menekankan pada pentingnya persepsi pemelajar dalam situasi pemecahan masalah dan karenanya ia membahas persoalan kognisi.
Dua pendekatan awal untuk mempelaajari perilaku adalah pengkondisian klasik dan koneksionisme. John Watson mendukung studi perilaku karena menurutnya semua organism menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui respons, dan respon tersebut biasanya disebabkan oleh stimuli. Dengan mempelajari perilaku, psikolog akan mampu untuk memprediksi respon yang ditimbulkan lewat stimulus. Setelah mendalami studi perilaku, Watson menemukan riset reflex-motorik dari psikolog Rusia, V.M. Bekheterev. Watson makin percaya bahwa kontrol perilaku di dunia nyata akan segera dapat dilakukan, namun prediksinya keliru.
Ada 3 asumsi dasar tentang belajar mengenai istilah behaviorisme:
1.      Yang menjadi focus studi seharusnya adalah perilaku yang dapat diamati, bukan kejadian mental internal atau rekonstruksi verbal atas kejadian.
2.      Perilaku harus dipelajari melalui elemennya yang paling sederhana (stimuli spesifik dan respon spesifik).
3.      Proses belajar adalah perubahan behavioral. Suatu respon khusus terasosiasikan dengan kejadian dari suatu stimulus khusus, dan terjadi dalam kehadiran stimulus tersebut.
Melatih reflex untuk merespon stimulus baru membutuhkan pemasangan berulang kali antara stimulus tersebut dan stimulus yang secara alamiah yang memunculkan reflex. Ini disebut pengkondisian klasik. Dalam perkembangannya ada yang disebut amplitudo (jumlah atau kekuatan respon), latensi (lamanya waktu antara stimulus dan respons, generalisasi stimulus (tendensi stimuli yang sama untuk memunculkan reflex. Hal lain yang dapat diukur adalah retensi terhadap pelenyapan (extinction) dan hambatan (inhibition).
2 Akibat yang bertahan lama dari pengkondisian Pavlovian adalah:
1.      Munculnya riset terhadap kelangsungan hidup hewan di lingkungan alam
2.      Perkembangan proses yang disebut kontra pengkondisian (counter-conditioning)
Reaksi terhadap isyarat sebelum datangnya makanan, juga menjelaskan relasi yang terjadi di dalam laboratorium dan studi klinis terhadap kecanduan obat. Setelah beberapa kali pemberian obat, petunjuk yang diasosiasikan dengan pemberian obat akan menyebabkan respons yang disebut CCR (Conditional-compensatory Respons).
BEHAVIORISME JOHN WATSON
            Watson memberi kontribusi pada perkembangan psikologi melalui 3cara:
1.      Watson mengorganisasikan temuan riset pengkondisian ke dalam perspektif baru, yakni behaviorisme dan membujuk psikolog lain untuk memahami arti penting dari pendapatnya.
2.      Kontribusi asli dari karyanya adalah memperluas metode pengkondisian klasik ke respons emosional pada manusia.
3.      Karyanya meningkatkan status belajar sebagai topic dalam psikologi.

Watson sepakat dengan Sigmund Freud, bahwa kehidupan emosi dewasa dimulai sejak masa bayi dan emosi itu dapat ditransfer dari satu objek/ kejadian ke objek atau kejadian lainnya. Namun, dia tidak sepakat dengan metode psikoanalisis Freud untuk menemukan akar dari kehidupan emosi individu (menelusuri memori kanak-kanak dan kejadian yang memicu emosi). Watson berpendapat bahwa proses ini melibatkan pengkondisian atas 3 reaksi dasar (cinta, marah, takut).
            Topik yang terkait, eliminasi atau “unconditioning” reaksi rasa takut anak dirintis oleh Mary Cover Jones. Dia menemukan bahwa usaha untuk membicarakan rasa takut si anak atau mengandalkan pelenyapan (extinction) untuk mengeliminasi rasa takut adalah tidak efektif. Contoh positif dari pengkondisian klasik adalah reaksi munculnya kenangan (respons) terhadap lagu (stimulus yang dikondidikan) yang popular saat seseorang berpacaran. Lagu itu memiliki kekuatan untuk menimbulkan perasaan yang sama seperti saat berpacaran waktu itu. Reaksi emosional itu sering terjadi tanpa disadari, jadi asal mulanya mungkin sulit untuk diidentifikasi.

Koneksionisme Edward Thorndike
Teori koneksionisme Thorndike berbeda dengan teori pengkondisian klasik dimana Thorndike tertarik dengan proses mental (mendesain eksperimen untuk meneliti proses pemikiran binatang) dan ia juga meneliti perilaku mandiri atau sukarela.
Prosedur Ekperimental
Thorndike bereksperimen dengan berbagai macam binatang seperti anak ayam, anjing, ikan, kucing dan monyet dimana ia menggunakan kotak puzzle yang mengharuskan binatang menekan atau menyentuh tuas agar dapat keluar dan mendapatkan makanan. Pada awalnya hewan sering melakukan perlawanan dengan perilaku, seperti mencakar, menggigit, menggaruk dan menggesek-gesekkan badan ke sisi sangkar sehingga akhirnya mereka dapat menekan tuas dan keluar dari kotak tersebut. Dari seluruh binatang yang dijadikan objek eksperimen ditemukan bahwa monyet yang memiliki perubahan paling dramatis karena pada percobaan pertama hewan ini membutuhkan waktu 36 menit untuk membuka kotak dan pada percobaan kedua hewan ini hanya membutuhkan waktu 2 menit 20 detik untuk membuka kotak.
Hukum Belajar
Dalam percobaan eksperimen yang dilakukan Thorndike dapat disimpilkan bahwa respons yang tepat secara perlahan akan “tertanam” sedangkan respon yang tidak tepat melemah atau “terkikis”. Berdasarkan asumsi tersebut Thorndike mengidentifikasi 3 hukum belajar:
1.      Law of effect (keadaan yang memuaskan setelah respons akan memperkuat koneksi antara stimulus dan perilaku yang tepat dan sebaliknya).
2.      Law of exercise (repetisi dari pengalaman akan meningkatkan peluang respon yang benar).
3.      Law of readiness (kondisi yang mengatur keadaan disebut “memuaskan” atau “menjengkelkan”)
Aplikasi ke belajar di Sekolah
Teori koneksionisme Thorndike dapat diaplikasikan dalam kegiatan belajar disekolah, namun karena teori ini juga mencakup referensi ke kejadian mental sehingga teori ini berada di tengah-tengah antara perspektif kognitif dan behavioris. Penerapan teori ini  berupa koneksi antar ide-ide yang akan menghasilkan pengetahuan, contoh 1 x 1 = ½ x 2. Selain itu Thorndike juga menggungkapkan bahwa respon yang sering muncul merupakan awal terhadap stimulus (hukum respons berganda) serta transfer of learning dimana dinyatakan bahwa latihan untuk tugas tertentu akan membantu proses belajar.
Psikologi Gestalt
Fokus riset Gestalt adalah pengalaman persepsi. Riset yang dilakukan psikologi Gestalt terhadap persepsi visual menunjukkan bahwa :
a.       Ciri global dideteksi sebagai keseluruhan, bukan sebagai elemen-elemen sederhana.
b.      Proses ini konstruktif karena individual sering mentransformasikan input visual yang tidak lengkap ke dalam citra perseptual yang lebih jelas.
Konsep Dasar
Chisrian von Ehrenfels (1890) dalam sebuah makalah menunjukkan bahwa kualitas akan tampak dalam persepsi bersamaan dengan elemen-elemen yang terindra secara terpisah dari suatu pengalaman, contohnya, sebuah melodi menggunakan kunci yang berbeda namun melodi tersebut dikenal sebagai kesatuan. Istilah untuk proses ini disebut Gestaltqualitat yaitu “kualitas yang diberikan oleh sebuah pola”. Ada 4 asumsi dasar dari perspektif Gestalt :
1.      Yang harus dipelajari adalah perilaku molar bukan perilaku molecular.
2.      Organisme merespon stimuli yang tersegregasi bukan stimuli spesifik.
3.      Lingkungan behavioral adalah realitas subjek.
4.      Organisasi lingkungan sensoris adalah interaksi dinamis dari kekuatan-kekutan di dalam struktur yang mempengaruhi persepsi individu.
Hukum Organisasi Perseptual
Gestalt berpendapat bahwa tugas utama psikologi adalah mengetahui bagaimana individu secara psikologis memahami atau mempresepsi lingkungan geografis. Hukum Gestalt dasar, yakni hukum Pragnanz (pengorganisasian psikologis terhaddap kelompok stimuli)  dan hukum terkait primer (visual mempengaruhi persepsi).
Riset tentang Belajar dan Pemecahan Masalah
Psikologi Gestalt memiliki beberapa konsep dalam memahami pemecahan masalah yaitu pertama, konsep wawasan yang melibatkan reorganisasi persepsi sesorang untuk melihat solusi. Kedua, analisis kontemporer mengindikasikan pemahaman kreatif pada masalah baru memerlukan kerja keras dan riset, periode inkubasi, momen wawasan dan pengkajian lebih lanjut.
Belajar Berubah-ubah dan Bermakna
Dalam mengaplikasi konsep struktur dan keseluruhan ke dalam analisis belajar, Weitheimer membedakan antara metode belajar :tanpa makna” dan belajar “bermakna” di kelas. Weitheimer mengamati bahwa setelah anak mempelajari pendekatan pemecahan masalah tertentu, mereka sering kali tidak mampu melihat pendekatan lain untuk tugas serupa. Mereka biasanya akan berkata “kami belum tahu.” Penyediaan informasi yang membantu siswa untuk mereorganisasikan sudut pandang masalah harus menjadi bagian integral dari pengajaran pemecahan masalah.       
Faktor-faktor Spesifik dalam Pemencahan Masalah
            Teoritisi Gestalt lainnya mengidentifikasi factor-faktor yang mempengaruhi persepsi dalam pemecahan masalah. Konsep yang relevan untuk kelas saat ini adalah latihan mentransfer, pendekatan masalah dan kekakuan fungsional, dan belenggu masalah.
Latihan mentransfer. Efek dari cara-cara yang berbeda untuk menunjukkan solusi masalah keterampilan pemecahan masalah diteiliti oleh George Katona. Ia mengidentifikasi bahwa metode yang disebutnya sebagai “penemuan dengan panduan” adalah metode yang paling efektif.
Pendekatan masalah dan kekakuan fungsional. Karl Duncker (1926) mencatat bahwa kebanyakan teori berusaha menjelaskan pemecahan masalah yang berkenaan dengan “factor ketiga.” Akan tetapi analisis Duncker terhadap pemecahan masalah yang sukses mengidentifikasikan ada tiga langkah umum. Langkah itu adalah :
a.       Memahami konflik atau masalah
b.      Mengembangkan identifikasi secara jelas atau kesulitan dasar
c.       Mengembangkan solusi masalah untuk mengatasi kesulitan dasar
Solusi itu menurutnya adalah ontoh dari pemikiran produktif dan disebut sebagai solusi dengan nilai fungsional. Siswa yang tidak mampu memahami elemen-elemen situasi dengan cara baru disebut sebagai mengidap kekakuan fungsional.
Belenggu masalah. Kekakuan fungsional adalah kesulitan perceptual dalam pemecahan masalah. Konsep yang terkait adalah belenggu masalah. Konsep ini diidentifikasi oleh Abraham Lunchins (1942), yang diartikan sebagai kekakuan dalam pemecahan masalah karena individu menganggap serangkaian masalah harus dipecahkan dengan cara yang sama.
Perkembangan Lain
Kofka (1935) berpendapat bahwa organisasi bidang dalam persepsi juga berlaku untuk formasi kelompok. Maier (1970) meneliti dinamika pemecahan masalah dalam latar tempat kerja, termasuk penyelia dan karyawan. Kurt Lewin membahas motivasi, dan karyanya menimbulkan perhatian pada konsep dinamika kelompok. Konsep dasarnya adalah B=f (P,E). Albert Bandura menggunakan rumus ini dalam analisisnya terhadap belajar dalam latar sosial. E. Tolman (1932), menyebut karyanya sebagai “subvariasi dari psikologi Gestalt.” Dua istilah yang diperkenalkan Tolman adalah belajar laten dan peta kognitif.
Perbandingan Antara Behaviorisme dan Teori Gestalt
            Psikologi Behaviorisme dan Gestalt mendasarkan risetnya pada asumsi yang berbeda menegnai sifat dan belajar dan focus studinya. Behaviorisme mendefinisikan belajar sebagai perubahan perilaku dan mengidentifikasi stimuli dan respons spesifik sebagai focus riset. Sebaliknya, psikologi Gestalt berpendapat bahwa seseorang merespon stimuli yang terorganisasi dan persepsi perorangan adalah factor penting untuk memecahkan masalah.

Karakteristik Utama
Behaviorisme
Teori Gestalt
Asumsi dasar
a.       Perilaku yang dapat diamati, bukan even sadar atau mental, harus dipelajari.
b.      Belajar adalah perubahan.
c.       Hubungan antara stimuli dan respons harus dipelajari.
Individu bereaksi terhadap sebuah kesatuan; karena itu, pemelajaran adalah organisasi  dan reorganisasi bidang sendoris. Kesatuan tersebut memiliki property baru yang berbeda dari yang ada pada elemen tersebut.
Eksperimen umum
a.       Trial and error
b.      Respon emosional atau refleks.
Mengorganisasikan kembali : subjek ditempatkan dalam situasi yang mensyaratkan restrukturisasi bagi solusi.
Formula belajar
a.       Stimulus – respon – imbalan.
b.      Respon emosional :
Stimulus 1 + stimulus 2 = respon.
Konstelasi stimuli – organisasi - reaksi